menangis untuk sesuatu yang tertunda?

Kudapati siangku sangat panas. Panas luar, panas dalam. Panas dalam arti nyata, panas secara konotasi. Panas yang ramai dan kompleks. Hummm,,,

Tapi ini bulan Ramadhan, selalu kuusahakan untuk dapat mengendapkan fikiran-fikiran positif dalam naluri dan otakku. Sehingga jika merasakan sesuatu mulai menyimpang dari jalur yang seharusnya, kuharap program fikiranku akan menolaknya.

Namun dalam praktiknya sangatlah sulit, tapi alhamdulillah bisa. Walaupun, pada akhirnya ketika emosi sudah tidak bisa terbendung lagi, yang keluar hanyalah air mata.

Seperti kali ini, ketika aku tidak mendapati sholat dhuhur-ku tepat waktu.

Dan tumpahlah bulir-bulir itu.

Aku tidak tahu air mata apa ini. Yang kutahu aku lega bisa menumpahkannya.

emosi…fitrah?

entah...